Setelah Wa Kaa Kaa ditinggalkan saudaranya misannya yang
bernama Muhammad Ali Idrus menuju Negeri Munajat atau Muna, Wa Kaa Kaa
dinobatkan menjadi Raja Buton Pertama.
Seperti yang telah diriwayatkan dalam sejarah Budaya Buton, tidak berapa lama
setelah Muhammad Ali
Idrus tiba di negeri Munajat kawin dengan Wa Birah, putri
Sangia Pure – Pure. Dari perkawinannya dikaruniai seorang putri yang diberi
nama Wa Nambo Yi Tonto atau Wa Sala Bose. Kemudian Muhammad Ali Idrus digelar
Maligana yang sekarang diabadikan menjadi nama sebuah desa di negeri Munajat
atau Muna yakni Desa Maligana.
Di negeri Munajat, Muhammad Ali Idrus mendirikan sebuah
pondok di pinggir pantai yang sebagian tiangnya berada di dalam laut. Namun
tanpa sepengetahuannya dibelakang rumahnya ada sebuah kerang laut Raksasa
(dalam bahasa Buton disebut Kamatuu Susu). Kerang raksasa tersebut setiap saat
menyemprotkan air ke dalam pondok Muhammad Ali Idrus sehingga pondoknya tidak
nyaman ketika sedang tidur atau beristirahat.
Akibat semprotan kerang laut Raksasa tersebut pondok Muhammad Ali Idrus selalu basah, maka Muhammad Ali Idrus meminta bantuan kepada sekelompok manusia untuk mencungkil kerang laut raksasa tersebut namun tidak berhasil.
Akibat semprotan kerang laut Raksasa tersebut pondok Muhammad Ali Idrus selalu basah, maka Muhammad Ali Idrus meminta bantuan kepada sekelompok manusia untuk mencungkil kerang laut raksasa tersebut namun tidak berhasil.
Karena tetap gagal, maka Muhammad Ali Idrus mengadakan
sayembara yang isinya ‘barang siapa dapat mencungkil kerang laut raksasa yang
berada di belakang rumahnya maka akan dinikahkan dengan putrinya Wa Nambo Yi
Tonto atau Wa Sala Bose.
Sayembara tersebut terdengar juga oleh seorang laki laki
yang bernama Nggori-Nggori dari Bungku Sulawesi Tengah. Nggori – Nggori
memiliki penyakit kulit (dalam bahasa Buton disebut Kuli Dambi) dan ingin
mengikuti sayembara. Namun bagi Muhammad Ali Idrus bagaimanapun kondisi orang
yang memenangkan sayembara tersebut akan tetap dikawinkan dengan putrinya.
Setelah mendapat persetujuan dari Muhammad Ali Idrus atau
Maligana, maka Nggori – Nggori membawa tombak sebagai alat untuk mencungkil
kerang laut raksasa atau Kamatuu Susu.
Dengan tekad yang kuat dan karena kesaktian yang
dimilikinya, Nggori – Nggori mampu mencungkil kerang tersebut hingga melayang
terbagi dua. Kulit yang sebelah jatuh di Sulawesi Tengah (daerah Bungku) yang
saat itu masih wilayah kerajaan ternate dan kulit sebelahnya jatuh di Pulau
Ereke yang saat itu masih wilayah Buton. Sampai sekarang Kulit Kerang itu masih
ada dan diabadikan menjadi nama sebuah Ibu Kota wilayah Kecamatan Kulisusu,
sekarang menjadi wilayah Kabupaten Muna.