" Jika cinta itu LOOPING while (Love) { withYouForever(); protectYou(); lovingYou(); makeYouHappy(); eternalLove(); }"

 

Tuesday, May 27, 2014

Jejak Misteri Pantai Kota Baubau

0 comments

Kedigdayaan negeri Buton bukan saja dikenal karena kekayaan nilai budaya. Namun, kebesaran nama Buton juga didukung oleh berbagai jejak misteri diseluruh bagian wilayahnya. Masyarakatnya memiliki prinsip yang kental dalam mengaktualisasikan nilai nilai budaya dalam kehidupan sehari hari. Di segala suasana dan setiap kegiatan yang dilakukan, selalu dikaitkan dengan terjemahan anatomi manusia. Sehingga tercerminlah bahwa disepanjang perjalanan kehidupan tidak terlepas dari keyakinan akan kebesaran Tuhan dalam setiap denyut napas. Keyakinan ini senantiasa hadir dalam setiap aktivitas. 

Tak heran jika dalam catatan sejarah banyak kejadian di Buton yang sulit terpecahkan dengan logika berpikir dan secara formal. Itulah yang menjadi salah satu keajaiban yang hingga saat ini menjadi tanda tanya besar yang juga dinilai sakral. Itulah sebabnya, kemanapun mereka pergi, prinsip yang teguh ini dapat menjadi pendorong semangat dalam menentang pahit getirnya kehidupan.

Dari bentuk dan tekstur daratan, tampak tanda tanda misteri yang menjelaskan bahwa ribuan tahun silam pulau Buton muncul dari setitik busa dari tengah samudera yang dikenal dengan “Bura Satongka”. Dapat diperhatikan dari wilayah pesisir pantai sepanjang puluhan kilometer terdapat tebing tebing layaknya karang ditengah lautan. Kondisi ini dapat disaksikan di beberapa lokasi seperti di seputar kawasan pantai kelurahan Wameo kecamatan Betoambari, kelurahan Bone Bone memanjang hingga pesisir pantai menuju kecamatan Batauga.

Ada yang menarik di sepanjang pantai kota Bau-Bau. Yakni terdapatnya sederetan batu karang dengan bentuk yang unik dan misteri di sepanjang pantai. Dimulai dari pantai kelurahan Wameo, disana terdapat sebuah batu yang disebut Batu Poaro. Bentuk batu ini seperti sebuah talang berkaki. Ada yang mengatakan jika pada saat air laut pasang posisi batu ini seolah bergeser naik menuju tepi pantai menjurus ke darat. Sedangkan ketika air laut surut seolah posisinya juga akan bergeser mengikuti arah bergeraknya air surut.

Bergerak ke bagian barat kita akan menemukan sebuah tebing di perbatasan kelurahan Wameo dan Tarafu. Dibagian darat terdapat sebuah tebing yang oleh penduduk setempat disebut “Watotokeo”. Sekitar 50 meter diperkirakan terdapat karang ditengah laut dengan ukuran besar sehingga pada saat air laut surut menimbulkan pusaran air yang cukup cepat. Kawasan ini jarang dimanfaatkan kapal nelayan untuk berlabuh. Setelah pesisir pantai kelurahan Tarafu, kita akan menemukan pantai kelurahan Bone Bone. Di lokasi ini ada beberapa tanda misteri yang juga menarik untuk dikaji. Dibagian barat ditemukan beberapa buah karang di tepi pantai dengan postur tubuh seekor kuda. Karang ini terdapat ditepi pantai lingkungan Kaluku kelurahan Bone Bone. Posisi karang ini menghadap arah selatan membelakangi posisi jenazah ketika dimakamkan. Andai karang ini dapat bicara, dengan posisi yang tunduk seolah menyapa setiap nelayan turun melaut. Kemudian juga terdapat sederetan karang berjejer seolah menjadi pagar perbatasan antara laut dan daratan (Lokasi Mata Malei). Jika kita melanjutkan perjalanan menuju pesisir pantai barat kita akan menemukan dua buah batu yang berada disela sela tebing pesisir pantai. Keduanya masing masing berbentuk babi (Kabawu bawu) dan seekor ayam (Manu Jawa).


Keduanya berdampingan dipesisir tebing perbatasan kelurahan Bone Bone dan Katobengke seolah menyapa setiap perahu yang melintas masuk atau keluar teluk Bau-Bau. Sekitar dua puluh meter kearah barat juga ditemukan sebuah gua yang memiliki tiang pada bagian tengah ditepi pantai (Lia polosa). Tempat ini sering menjadi peristirahatan para nelayan untuk berteduh (ketiganya berada diantara Dermaga Pertamina depot Bau-Bau dan Bonekom). Masih ada sebuah deretan karang tepi pantai menuju arah barat yakni yang dikenal dengan “Batu Butti”. Pemandangan “Batu Butti” ini sangat indah disaksikan jika kita memasuki perairan teluk Bau-Bau berhadapan dengan pulau Kadatua. Di bagian atas tebing ‘Batu Butti’ ini terdapat sebuah makam leluhur Buton yang terkenal yakni “Betoambari” yang saat ini diabadikan menjadi nama sebuah kecamatan di kota Bau-Bau. Konon, makam yang terdapat dibawah rimbunan pohon ini jarang ditemukan helai daun disekitar makam sehingga selalu tampak bersih. Ini juga tentunya mengandung makna tersendiri. Lokasi Batu Butti ini juga menurut sejarah merupakan pintu gerbang keramat yang berhadapan dengan pohon kembar ‘Kau Ruapuuna’ yang terletak dipulau seberang (bagian Buton Barat). Menurut sejarah pula, jika ada sebuah armada laut yang memasuki wilayah pusat kesultanan Buton dengan niat ingin menghancurkan Buton ketika melewati pintu gerbang ini akan menghadapi malapetaka.

Bagi warga Buton ataupun yang bermukim di kota Bau-Bau, beberapa tanda ini mungkin saja mengandung sejuta makna atau cerita. Namun, sejauh ini belum ada sebuah tulisan yang bisa menjadi kajian untuk menjadi sebuah literature. Sehingga banyak yang menilai jika keberadaan karang tepi pantai serta beberapa tanda lain yang unik ini hanya bersifat natural. Ini yang masih menjadi tanda tanya dan misteri yang mungkin butuh kajian mendalam.

Percaya atau tidak, namun bagi masyarakat Buton (Wolio) dilokasi perantauan yang memegang prinsip bahwa “Tana Wolio” diyakini sebagai sebuah berkah (Kabarakatina Tana Wolio)maka disepanjang perjalanan hidupnya dinegeri orang niscaya akan memperoleh kemudahan dan senantiasa terhindar dari masalah. Namun, tidak sedikit yang mengalami kondisi sebaliknya karena menyepelekan hal ini ataupun sampai melupakan prinsip (Fahamu) yang lahir serta berkembang di Tana Wolio / Butuuni.
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Social Icons

Sample Text

Featured Posts

 

FB FLy

Jempolnya, Like This !!!

FB Fly

Jempolnya, Like This !!!

Kursor

Animated Purple Gitter Skull