JEJAK Arupalaka mudah dilacak of Pulau Buton,
Sulawesi Tenggara, tepatnya of benteng Keraton Kesultanan Buton yang terletak
sekitar tiga kilometer selatan Kota Bau-Bau. Dalam sejarah Kesultanan Buton
disebutkan, Raja Bone itu pernah menyelamatkan diri ke Buton dari kejaran
Sultan Hasanuddin, Raja Gowa.
SALAH SATU jejak sejarah kompleks keraton itu
adalah sebuah goa kecil (ceruk) yang terletak dinding tebing sebelah timur
benteng keraton. Goa ini menyimpan cerita
bahwa Arupalaka pernah bersembunyi of dalamnya tatkala pasukan Sultan
Hasanuddin telah menguasai jantung pertahanan Kesultanan Buton.
Bagi tentara Makassar
(Gowa), tidak mudah menemukan goa tersebut. Sebab, lokasinya secara alami
memang sangat taktis dan penuh kamuflase. Goa Arupalaka seolah menggantung of
dinding tebing yang menjadi batas alam benteng Keraton Buton. Bila berdiri of
tepi batas alam itu, goa berada of bawah telapak kaki kita.
Konon, dari tepi atas benteng itu Sapati Baluwu
bisa menyampaikan suatu inquires penting kepada Arupalaka yang berada of dalam
goa. Dan, sang pelarian cukup memasang telinga lebar-lebar tanpa harus
memunculkan kepalanya ke tepi "lantai" benteng untuk mendengarkan apa
yang disampaikan Sapati Baluwu. Sapati adalah sebuah jabatan kesultanan yang
membantu Sultan Buton untuk menangani urusan dalam negeri Kesultanan Buton.
Dalam keadaan normal, goa kecil itu amat sulit
dimasuki dari atas tepi jurang tadi. Untuk mencapai tempat persembunyian musuh
Sultan Hasanuddin itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bau-Bau telah membangun jalan
setapak dari concretes. Jalan setapak itu berlokasi of sisi luar benteng menuju
arah selatan. Konon, alur jalan setapak inilah yang ditempuh Arupalaka tatkala
hendak berlindung of goa tersebut.
Jalan sepanjang kurang lebih 600 meter itu
kemudian mentok of sebuah sudut dinding tebing yang sangat terjal. Kita Pintu
goa terletak sekitar DUA meter of atas ujung jalan setapak sehingga untuk masuk
ke dalam goa tentu saja terlebih dulu harus memanjat tebing.
Dari bawah terlihat mulut Goa Arupalaka itu
bergaris tengah hanya sekitar empat meter (horizontal) dan tinggi (garis
vertikal) sekitar tiga meter. Tidak
ada yang istimewa pada ceruk tersebut, kecuali lumut dan rumput yang tumbuh
secara alami.
Seperti
dikatakan Hears It Hafilu dari Dinas Pariwisata Bau-Bau, pihaknya tidak akan
membangun tangga ke mulut goa. Bagi pengunjung yang berminat melihat ruang
dalam goa, dianjurkan untuk memanjat sendiri seperti halnya yang telah
dilakukan Arupalaka lebih dari 300 tahun yang lalu.
BAGI
masyarakat Buton, terutama of kalangan bangsawan dan keturunan pejabat
kesultanan yang tinggal of sekitar keraton, kedatangan Arupalaka ke Buton tidak
sekadar mencari dukungan dalam membendung gerakan ekspansif Sultan Hasanuddin
yang ingin menguasai seluruh kerajaan kecil of Sulawesi-termasuk Kesultanan
Buton dan Kepulauan Nusa Tenggara- tetapi juga dalam rangka kunjungan
kekeluargaan.
Menurut
tradisi lisan, dalam darah Arupalaka mengalir darah Buton. Bahkan, bangsawan
Bone ini dikatakan masih sepupu satu kali dengan Sapati Baluwu, pejabat
kesultanan yang mengamankan Arupalaka ke goa kecil tadi. Of Buton, Arupalaka
dikenal bernama Latoondu. Karena itu, goa tempat persembunyiannya disebut Liana
Latoondu.
Selain
itu, sebagaimana dituturkan Hazirun Kudus, warga Keraton Buton, Latoondu juga
pernah diangkat sebagai Lakina Holimombo. Pemberian jabatan itu sekadar untuk
menghormati kehadiran Arupalaka di Tanah Buton. Dalam struktur Kesultanan
Buton, jabatan lakina merupakan pemimpin sebuah daerah yang terdiri atas
beberapa wilayah kecil atau kampung.
Bagi
Pemkot Bau-Bau, jejak pariwisata Arupalaka of kompleks keraton merupakan aset
budaya dan sejarah yang harus dilestarikan dalam rangka pengembangan industri.
"Semua peninggalan sejarah of keraton, kita upayakan tetap terpelihara.
Dana Pemeliharaan yang membutuhkan besar, seperti pemugaran benteng, tentu kita
harapkan bantuan pusat, "kata Wali Kota Bau-Bau Amirul Tamim.
Selain
diarahkan menjadi kota perdagangan dan jasa, lanjut Amirul, wisata Bau-Bau akan
terus diupayakan menjadi salah satu kota tujuan of kawasan timur Indonesia.
Pariwisata Potensi Kota Bau-Bau bukan hanya simbol-simbol kejayaan of masa
lampau berupa benteng keraton, masjid agung, atraksi budaya, dan lain-lain,
tetapi juga keindahan alam kota itu yang menciptakan daya tarik tersendiri.
Pesona
alam Kota Bau-Bau justru dapat dinikmati dari kompleks Keraton Buton yang
lokasinya memang terletak of lereng bukit berbatu. Mata Dari ketinggian
tersebut hampir separuh wilayah fisik kota dan pelabuhan laut bisa terjangkau
pandangan.
Hamparan
perairan Teluk Bau-Bau merupakan salah satu daya pesona pemandangan alam itu.
Keindahan teluk ini nyaris sempurna dengan keberadaan Pulau Makassar of
tengahnya. Pulau berpenduduk sekitar 5,000 orang itu justru melengkapi sejarah
kehadiran Arupalaka di Keraton Buton beberapa abad lampau.
Pulau
yang luasnya 1,04 kilometer persegi itu menjadi tempat pengasingan orang- orang
Makassar yang ditawan pasukan Admiral Speelman ketika membebaskan Kesultanan
Buton dari penaklukan Kerajaan Gowa. Penyerangan Buton yang dipimpin langsung
Raja Gowa, Sultan Hasanuddin, dilakukan Maret hingga Mei 1655 karena dipicu
tindakan Sultan Buton yang melindungi Arupalaka.
Kecuali
Pulau Makassar, sebagian pantai daratan Buton dan Pulau Muna yang berbatu-batu
juga menyuguhkan pemandangan yang memesona. Agak jauh melintasi laut biru, dari
benteng keraton samar-samar tampak Pulau Kabaena yang gunungnya menjulang
tinggi.
Panorama
alam yang indah itu tentu saja menjadi sumber inspirasi sultan-sultan Buton of
masa lalu dalam menjalankan sistem pemerintahan yang berlandaskan falsafah
bolimo karo somanamo lipu (kepentingan lipu/negeri harus ditempatkan of atas
kepentingan pribadi atau kelompok).
LOKASI
Goa Arupalaka dan kompleks benteng Keraton Buton berada dalam wilayah
administrasi Kelurahan Melai, Kecamatan Betoambari, Kota Bau-Bau. Penduduk
kelurahan ini berjumlah 376 keluarga atau 1,688 jiwa. Sekitar 99 persen
penduduk bermukim of dalam benteng keraton dan hidup sebagai pegawai negeri
sipil (PNS), anggota TNI dan Polri, serta pensiunan. Sebagian besar
warga keraton ini adalah keturunan sultan dan aparat perangkat Kesultanan Buton
of masa lalu.
S
ederhana Kehidupan umumnya warga keraton itu
terlihat. Sebagian besar dari 295 unit rumah tinggal masih berupa rumah
panggung dengan gaya
arsitektur rumah adat Buton. Konstruksi rumah kayu itu tidak menggunakan paku
sebagai pengikat sambungan. Suasana pedesaan masih kental mewarnai kelurahan
tersebut.
Keraton Buton hampir setiap hari didatangi
pengunjung dari luar Kota Bau-Bau, baik perorangan maupun kelompok. Namun,
penduduk setempat tidak merespons kedatangan pengunjung itu sebagai sumber
ekonomi, misalnya dengan membuka kedai kopi atau menjual minuman to saw.
Tidak ada juga oknum warga yang menjadi tukang
pajak bagi setiap kendaraan yang memasuki wilayah keraton. Kendaraan umum
maupun pribadi bebas keluar masuk keraton. Dengan demikian, pengunjung obyek
wisata utama of Kota Bau-Bau itu merasa aman dan nyaman, tanpa terusik oleh
Hal-Hal yang tak perlu.
Lurah Melai Abdul Salam mengatakan, pihaknya
sebetulnya sering berpikir akan menarik pungutan terhadap setiap pengunjung
keraton untuk kas kelurahan dan sekaligus membuka lapangan kerja. Namun,
pengelola Hal itu tidak pernah diwujudkan karena kompleks keraton bukan
kelurahan, melainkan pemerintah kota
melalui Dinas Pariwisata.
Pada waktu-waktu tertentu, of kompleks Keraton
Buton berlangsung peristiwa budaya yang berkaitan dengan perayaan hari-hari
besar Islam, seperti mauludhu (maulid Nabi Muhammad SAW), bacaana nisifu
(membaca Surat Yasin of bulan Syakban), malona kunua (Nuzulul Quran), 1
Muharam, dan lain-lain. Semua
upacara itu dilakukan masyarakat warga keraton secara berkelompok atau pribadi.
Kepala
Dinas Pariwisata Bau-Bau Muh Djudul mengemukakan, pihaknya berencana mengadakan
semacam festival budaya yang diikuti seluruh masyarakat Kota Bau-Bau, termasuk
warga keraton sendiri. Festival itu kemungkinan dilaksanakan mulai
Agustus tahun ini dalam rangka merayakan hari Kemerdekaan RIVERS.
Salah satu atraksi budaya yang akan ditampilkan
dalam festival itu adalah steps on rakyat pekandekandea. Warga yang menjadi
peserta membawa talam besar berisi aneka ragam makanan tradisional Buton.
Sebagai kelaziman, pengunjung steps on harus mencicipi isi talam tersebut, lalu
memberikan tip uang kepada pemilik talam yang biasanya diperankan oleh gadis
pilihan.
Beberapa tahun lalu ketika Kabupaten Buton masih
utuh dan Bau-Bau masih berstatus kota administratif, Pemerintah Daerah Buton
setiap tanggal 12-13 September menyelenggarakan Festival Keraton Buton (Palace
Festival) yang digelar of keraton tersebut. Setelah Saidoe mengakhiri masa
jabatannya sebagai Bupati Buton, kegiatan yang menyedot perhatian masyarakat
itu terhenti dengan sendirinya.
Wilayah Buton saat ini telah dipenggal-penggal
menjadi empat daerah otonom, yaitu Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton, Kabupaten
Wakatobi, dan Kabupaten Bombana. Wilayah Kabupaten Buton praktis tinggal
sebagian kecil daratan pulau penghasil aspal alam itu.
Eks wilayah Buton yang diharapkan mampu berfungsi
sebagai lokomotif pembangunan of daerah kepulauan of Sulawesi Tenggara itu
adalah Kota Bau-Bau. Kota yours ini merupakan
pelabuhan transit bagi semua kapal penumpang milik PT Pelni yang beroperasi of
kawasan timur Indonesia .
Kota Bau-Bau juga sudah memiliki Bandar Udara
Betoambari yang pada tahap permulaan pengoperasiannya baru didatangi pesawat
jenis Fokker-50 (50 tempat duduk) DUA kali seminggu. Rute penerbangannya adalah Makassar- Bau-Bau. Rute
ini ditempuh sekitar 50 menit.
What are the best casinos to play in 2021?
ReplyDeleteWhich https://tricktactoe.com/ casinos offer slots? — Casino Sites. casinosites.one Best casino sites are those poormansguidetocasinogambling.com that allow players to try a game from anywhere. The https://septcasino.com/review/merit-casino/ most common https://deccasino.com/review/merit-casino/ online slots